selama cahaya masih ada
dunia masih terang
selama jalan masih berliku
maka semakin banyak tikungan yang menghadang
asa adalah sebuah pengharapan
selama masih ada tujuan
maka masih ada jalan untuk kesana
walau harus memasuki jurang yang terjal
atau harus menaiki tebing yang tinggi
jangan ada kata menyerah
masa lalu adalah sebuah tongkat
penuntun jalan agar tidak jatuh pada lobang yang sama
masa depan adalah tantangan
yang harus dihadapi dengan sebuah keberanian..
refrensi : http://tisyuforever.blogspot.com/2013/10/puisi-puisi-tentang-masa-depan.html
Senin, 24 Maret 2014
Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan kalimat yang berisi penjelasan- penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat utama.
Paragraf Induktif sendiri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Generalisasi
adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama paragraf.
2. Analogi
merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.
Contoh Paragraf Induktif :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas
Paragraf Induktif sendiri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Generalisasi
adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama paragraf.
2. Analogi
merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.
Contoh Paragraf Induktif :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas
Deduktif
Pengertian Paragraf Deduktif
- Paragraf Deduktif adalah paragraf yang diawali dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama yang bersifat umum kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus.
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
∴ Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
∴ Januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor
- Paragraf Deduktif adalah paragraf yang diawali dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama yang bersifat umum kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas yang bersifat khusus.
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
∴ Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
∴ Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
∴ Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
∴ Januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
∴ Saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor
PENALARAN
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi
Proposisi
adalah “pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”.
Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S + K + P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilang nya sudah jelas berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
Contoh :
1. Gedung MPR terletak 500 meter dari jembatan Semanggi.
Jawaban :
1. Cari P (kata bendanya dulu) : Gedung MPR atau Jembatan Semanggi,
2. Pasang K (kopula) yang cocok : adalah
3. Bentuk S (subjek) yang relevan : (lihat contoh)
4. Cari bentuk Q – nya yang sesuai.
Benar :
Sebuah + gedung yang terletak 500 meter dari jembatan Semanggi + adalah + gedung MPR.
Salah
500 meter + dari jembatan Semanggi + adalah + gedung MPR.
dikutip dari : http://pramsky.blogspot.com/2008/11/dasar-logika-proposisi-standar_19.html
Inferensi dan Implikasi
Inferensi
Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:55).
Interferensi dalam bentuk kalimat
Interferensi dalam bidang ini jarang terjadi. Hal ini memang perlu dihindari karena pola struktur merupakan ciri utama kemandirian sesuatu bahasa. Misalnya, Rumahnya ayahnya Ali yang besar sendiri di kampung itu, atau Makanan itu telah dimakan oleh saya, atau Hal itu saya telah katakan kepadamu kemarin. Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali yang besar di kampung ini, Makanan itu telah saya makan, dan Hal itu telah saya katakan kepadamu kemarin.Terjadinya penyimpangan tersebut disebabkan karena ada padanan konteks dari bahasa donor, misalnya: Omahe bapake Ali sing gedhe dhewe ing kampung iku, dan seterusnya
Interferensi Semantik
Berdasarkan bahasa resipien (penyerap) interferensi semantis dapat dibedakan menjadi,
1. Jika interferensi terjadi karena bahasa resipien menyerap konsep kultural beserta namanya dari bahasa lain, yang disebut sebagai perluasan (ekspansif). Contohnya kata demokrasi, politik, revolusi yang berasal dari bahasa Yunani-Latin.
2. Yang perlu mendapat perhatian, interferensi harus dibedakan dengan alih kode dan campur kode. Alih kode menurut Chaer dan Agustina (1995:158) adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh seorang penutur karena adanya sebab-sebab tertentu, dan dilakukan dengan sengaja. Sementara itu, campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Interferensi merupakan topik dalam sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat pemakaian dua bahasa atau lebih secara bergantian oleh seorang dwibahasawan, yaitu penutur yang mengenal lebih dari satu bahasa. Penyebab terjadinya interferensi adalah kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain (Chaer,1995:158). Biasanya interferensi terjadi dalam penggunaan bahasa kedua, dan yang menginterferensi adalah bahasa pertama atau bahasa ibu
Implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar
Sumber : http://ennoasriani.wordpress.com/2012/03/09/pengertian-inferensi-dan-implikasi-softskill-tulisan-b-indo-2/
Wujud Evidensi
Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu
Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
Cara menilai autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Sumber : http//wikipedia.com
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi
Proposisi
adalah “pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya”.
Maksud kedua-duanya ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan salah sekaligus.
Rumus ketentuannya :
Q + S + K + P
Keterangan :
Q : Pembilang / Jumlah
(ex: sebuah, sesuatu, beberapa, semua, sebagian, salah satu, bilangan satu s.d. tak terhingga)
Q boleh tidak ditulis, jika S (subjek) merupakan nama dan subjek yang pembilang nya sudah jelas berapa jumlahnya :
a. Nama (Pram, Endah, Ken, Missell, dll)
b. Singkatan (PBB, IMF, NATO, RCTI, ITC, NASA, dll)
c. Institusi (DPRD, Presiden RI, Menteri Keuangan RI, Trans TV, Bank Mega, Alfamart, Sampurna, Garuda Airways, dll)
S : Subjek adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
K : Kopula, ada 5 macam : Adalah, ialah, yaitu, itu, merupakan.
P : Kata benda (tidak boleh kata sifat, kata keterangan, kata kerja).
Contoh :
1. Gedung MPR terletak 500 meter dari jembatan Semanggi.
Jawaban :
1. Cari P (kata bendanya dulu) : Gedung MPR atau Jembatan Semanggi,
2. Pasang K (kopula) yang cocok : adalah
3. Bentuk S (subjek) yang relevan : (lihat contoh)
4. Cari bentuk Q – nya yang sesuai.
Benar :
Sebuah + gedung yang terletak 500 meter dari jembatan Semanggi + adalah + gedung MPR.
Salah
500 meter + dari jembatan Semanggi + adalah + gedung MPR.
dikutip dari : http://pramsky.blogspot.com/2008/11/dasar-logika-proposisi-standar_19.html
Inferensi dan Implikasi
Inferensi
Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik) (Suwito,1985:55).
Interferensi dalam bentuk kalimat
Interferensi dalam bidang ini jarang terjadi. Hal ini memang perlu dihindari karena pola struktur merupakan ciri utama kemandirian sesuatu bahasa. Misalnya, Rumahnya ayahnya Ali yang besar sendiri di kampung itu, atau Makanan itu telah dimakan oleh saya, atau Hal itu saya telah katakan kepadamu kemarin. Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali yang besar di kampung ini, Makanan itu telah saya makan, dan Hal itu telah saya katakan kepadamu kemarin.Terjadinya penyimpangan tersebut disebabkan karena ada padanan konteks dari bahasa donor, misalnya: Omahe bapake Ali sing gedhe dhewe ing kampung iku, dan seterusnya
Interferensi Semantik
Berdasarkan bahasa resipien (penyerap) interferensi semantis dapat dibedakan menjadi,
1. Jika interferensi terjadi karena bahasa resipien menyerap konsep kultural beserta namanya dari bahasa lain, yang disebut sebagai perluasan (ekspansif). Contohnya kata demokrasi, politik, revolusi yang berasal dari bahasa Yunani-Latin.
2. Yang perlu mendapat perhatian, interferensi harus dibedakan dengan alih kode dan campur kode. Alih kode menurut Chaer dan Agustina (1995:158) adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh seorang penutur karena adanya sebab-sebab tertentu, dan dilakukan dengan sengaja. Sementara itu, campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Interferensi merupakan topik dalam sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat pemakaian dua bahasa atau lebih secara bergantian oleh seorang dwibahasawan, yaitu penutur yang mengenal lebih dari satu bahasa. Penyebab terjadinya interferensi adalah kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain (Chaer,1995:158). Biasanya interferensi terjadi dalam penggunaan bahasa kedua, dan yang menginterferensi adalah bahasa pertama atau bahasa ibu
Implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar
Sumber : http://ennoasriani.wordpress.com/2012/03/09/pengertian-inferensi-dan-implikasi-softskill-tulisan-b-indo-2/
Wujud Evidensi
Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu
Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
Cara menilai autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Sumber : http//wikipedia.com
Contoh Proposal Penelitian
I. JUDUL
PERANCANGAN WARUNG INTERNET DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (STUDI KASUS WARUNG INTERNET PRABU.NET)
III. PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi, realitas kebijakan pemerintah maupun perubahan ekonomi seperti sekarang ini banyak perusahaan sejenis yang harus bersaing secara ketat. Dengan semakin banyak persaingan yang semakin lama semakin komplek dan ketat dalam dunia bisnis, maka perusahaan harus mampu mengatasi mengantisipasi dengan ancaman-ancaman pesaing, menutup kelemahan-kelemahan perusahaan dan memanfaatkan peluang-peluang dengan kekuatan yang ada. Disamping itu juga harus dapat menganalisis industri sebagai salah satu keseluruhan yang dapat mengetahui evolusi masa depan industri, memahami pesaing dan posisinya serta dapat menerjemahkan kedalam strategi yang tepat untuk mengatasi dan memenangkan persaingan.
Bisnis Internet semakin berkembang seiring dengan kemajuan sarana dan prasarana teknologi informasi. Di kota-kota besar warung internet terus tumbuh bak jamur dimusim hujan. Bagi masyarakat perkotaan, kebutuhan informasi instan sudah menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar lagi mulai dari pendidikan sampai bisnis membutuhkan akses informasi yang cepat dan hal tersebut bisa dipenuhi melalui teknologi internet. Dari anak-anak hingga orang dewasa dan dari kota sampai desa, internet merupakan fenomena di abad baru yang sangat cepat. Karena tingkat kebutuhan yang semakin besar maka pasarpun semakin terbuka luas. Hal ini juga didukung dengan semakin besarnya tingkat kebutuhan masyarakat terutama kalangan remaja terhadap internet sebagai media penghilang kejenuhan setelah beraktifitas sepanjang hari dan sebagai media pencari berbagai informasi.
Warung internet merupakan alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan informasi, dimana dengan adanya warung internet masyarakat dapat mengakses internet dengan mudah dan cepat. Salah satu usaha warung internet yang telah berdiri di daerah bekasi utara adalah warung internet Prabu.Net. Dengan berjalannya waktu dan dengan semakin banyaknya usaha warung internet sejenis menyebabkan konsumen memiliki banyak pilihan terhadap warung internet yang akan dipilihnya dalam mengakses internet. Untuk menghasilkan warung internet yang kompetiitf perlu dilakukan desain atau perancangan sistem usaha, proses perancangan dimulai dengan identifikasi mengenai keinginan konsumen akan jasa warung internet yang dihasilkan. Dipihak lain kemampuan perusahaan merupakan pembatas dalam memenuhi keinginan pelanggan tersebut sehingga perlu dilakukan penentuan priorotas dalam proses perancangan
Salah satu usaha jasa warung internet adalah warung internet Prabu. Net, warung internet ini terletak didaerah bekasi utara dimana lokasi pembuatan usaha warung internet Prabu.Net ini terletak didaerah pemukiman warga. Mayoritas pengguna adalah masyarakat sekitar baik dari kalangan pelajar sekolah, mahasiswa, dan penduduk setempat. Warung internet Prabu.Net baru berdiri pada tahun 2009. Fasilitas yang ada pada Warung internet Prabu. Net meliputi lahan parkiran, komputer untuk mengakses internet, Toilet, kipas angin, dan kotak minuman. Suatu perancangan akan produk usaha warung internet diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen agar warung internet Prabu.Net dapat memenuhi keinginan pelanggan dalam menggunakan warung internet.
Salah satu metode untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen tersebut akan kualitas pelayanan warung internet adalah Quality Funtion Deployment (QFD). Menurut Cohen (1995), QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu metode untuk perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan team pengembangan untuk menentukan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan jelas, dan kemudian mengevaluasi produk atau melayani dengan kemampuan yang secara sistematik dalam pemenuhan keinginan pelanggan tersebut.
3.2 Identifikasi Masalah
Persaingan merupakan suatu faktor penting dalam suatu pembuatan produk dalam hal ini produk jasa warung internet, dimana produk yang dapat bersaing dengan produk sejenis merupakan produk yang berkualitas baik dan sesuai dengan keinginan konsumen. Identifikasi kebutuhan konsumen meupakan salah satu faktor penting dalam melakukan perancangan desain produk, dimana metode Quality Function Deployment (QFD) merupakan metode yang dapat mengidentifikasikan kebutuhan konsumen akan produk yang dihasilkan. Dalam usaha warung internet banyak faktor yang mempengaruhi warung internet tersebut sesuai dengan kebutuhan konsumen atau tidak. Faktor tersebut akan menentukan warung internet yang dihasilkan agar sesuai dengan kebutuhan konsumen.
3.3 Pembatasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari pemasalahan yang ada maka penulis alan membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan terhadap pengguna warung internet Prabu.Net yang telah mengunakan warung internet sejenis dan juga pengembang warung internet Prabu.Net.
2. Data keinginan pelanggan didapatkan berdasarkan penyebaran kuisioner yang dilakukan oleh peneliti kepada konsumen dan pengembang warung internet Prabu.Net.
3. Perancangan usaha warung internet Duta dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD, dimana perancangan dilakukan dengan melakukan Identifikasi keinginan pelanggan yang merupakan fase awal (fase desain) dalam metode QFD. Penentuaan keinginan mengunakan matriks rumah kualitas pertama (House Of Quality 1) dalam metode QFD.
3.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi keinginan pelanggan dan karakteristik teknis produk untuk usaha warung internet Prabu.Net
2. Menentukan tingkat prioritas pelanggan berdasarkan bobot kepentingan pada karakteristik atribut produk yang dimiliki warung internet Prabu.Net sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
3. Menentukan posisi kualitas produk warung internet Prabu.Net dibandingkan kompetitornya
IV TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sejarah dan definisi QFD
QFD dikembangkan di Jepang dalam akhir tahun 1960 oleh Profesor Shigeru Mizuno dan Yoji Akao. Pada waktu itu, pengendalian kualitas statistik, yangdiperkenalkan setelah perang dunia ke II, telah berakar dalam industri manufakturing Jepang, dan aktivitasnya dengan cepat diintegrasikan dengan pengajar dari tokoh pendidikan seperti Dr. Juran, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Feigenbaum yang menekankan pentingnya pembuatan pengendalian kualitas sebuah part dari manajemen bisnis, yang akhirnya dikenal sebagai TQC dan TQM. Tujuan dari Profesor Mizuno dan Akao adalah untuk mengembangkan suatu metode jaminan kualitas yang akan mendisain kepuasan konsumen ke dalam sebuah produk sebelum dibuat. Prioritas metode pengendalian kualitas adalah dicapainya tujuan utama pada perbaikan masalah selama atau setelah proses manifakturing. Aplikasi dalam skala luas pertama kali ditunjukkan pada tahun 1966 oleh Kiyotaka Oshiumi of Bridgestone Tire di Jepang, yang menggunakan diagram tulang ikan dalam menjamin proses terhadap item untuk mengidentifikasi keperluan masing-masing pelanggan (efek) dan untuk mengidentifikasi penggantian disain dari karakteristik kualitas dan faktor proses (penyebab) dibutuhkan untuk mengontrol dan menjaminnya, (Cohen, 1995).
Dalam tahun 1972, dengan aplikasi dari QFD untuk mendisain kapal tangki minyak di galangan kapal Kobe pada Industri berat mitsubishi, diagram tulang ikan susah dikembangkan. Sejak pengaruh bagian penyebab yang banyak tersebut, tulang ikan dapat digubah lagi ke dalam suatu lembaran kertas atau format matrik denganbaris sebagai pengaruh keinginan dari kepuasaan konsumen dan kolom sebagai pengontrol dan penyebab tindakan .Dalam waktu yang sama, Katsuyoshi ishirara memperkenalkan pemakai prinsip nilai enjinering untuk menggambarkan bagaimana suatu produk dan komponen bekerja. Dia memperluas ini untuk menggambarkan fungsi bisnis yang penting untuk meyakinkan kualitas dari pendisainan prosesnya. Menggabungkan dengan ide baru ini, QFD akhirnya menjadi sistem desain kualitas yang luas untuk produk dan proses bisnis.Pengenalan QFD ke Amerika dan Eropa dimulai pada tahun 1983 ketika the American society for quality control mempublikasikan Akao’s bekerja dalam Quality progress and Cambridge research ( hari ini dikenal sebagai Kaizen institute)mengundang Akao untuk memberikan seminar QFD di Chicago. Seminar inidisponsori oleh Bob king dan GOAL / QPC di Boston (Cohen, 1995).
QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu metode untuk perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan team pengembangan untuk menentukan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan jelas, dan kemudian mengevaluasi produk atau melayani dengan kemampuan yang secara sistematik dalam pemenuhan keinginan pelanggan tersebut, (Cohen, 1995). Quality function deployment merupakan suatu tindakan untuk mendesain proses terhadap tanggapan kebutuhan dan harapan pelanggan. QFD menterjemahkan apa yang menjadi keinginan konsumen. Hal ini memungkinkan organisasi/perusahaan untuk memperioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif atas kebutuhan tersebut, dan meningkatkan proses sehingga tercapai efektivitas maksimum.
4.2 Manfaat QFD
Menurut Cohen (1995), manfaat utama yang diperoleh dari penerapan QFD yaitu:
1. Rancangan produk dan jasa baru fokus pada kebutuhan pelanggan karena kebutuhan pelanggan tersebut sudah lebih dipahami.
2. Kegiatan desain dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelangggan.
3. Dapat menganalisis kinerja produk/jasa perusahaan terhadap pesaing utama dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan utama pula.
4. Dapat memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru.
5. Dapat mengurangi frekuensi perubahan suatu desain setelah dikeluarkan dengan memfokuskan pada tahap perencanaan sehingga akan mengurangi biaya untuk memperkenalkan desain baru.
6. Dapat mendorong terselenggaranya tim kerja antar departemen.
7. Dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
4.3 Aktivitas Dan Fase-fase Dalam QFD
Secara umum proses Quality Function Deployment (QFD) adalah sebagai berikut
Tabel 1 Proses Quality Function Deployment
No. Aktivitas
1 Identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen
2 Hubungan antara kebutuhan konsumen dan karakteristik perancangan teknis
3 Hubungan antara karakteristik dan keinginan konsumen
4 Evaluasi kompetitif terhadap produk pesaing
5 Menghubungkan setiap karakteristik teknis dan karakteristik komponen
6 Menghubungkan karakteristik komponen dengan proses operasi
7 Menghubungkan proses operasi dengan parameter kontrol
8 Implementasi dan perbaikan kontinyu
Sumber : Sumber : Tjiptono (2001)
Sedangkan tahapan atau fase-fase dalam proses QFD Menurut Cohen (1995), terdiri dari empat fase yang kita kenal sebagai Clausing Model atau ASI model. ASI adalah singkatan dari American SupplierInstitute, organisasi yang telah banyak mempopulerkan QFD. Empat fase dalam proses QFD adalah sebagai berikut:
(1) Perencanaan Produk (Rumah Kualitas)
(2) Design Deployment (Part Deployment)
(3) Perencanaan Manufakturing (Perencannaan Proses)
(4) Perencanaan produksi (Perencannaan Operasi Produksi
4.4 House Of Quality (Matriks Rumah Kualitas)
Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, pemanufaktur mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu dan mensyaratkan pemasoknya untuk melakukan hal yang sama. Langkah ini digambarkan pada plafon atau langit-langit rumah.
Tembok rumah sebelah kanan merupakan perencanaan. Matriks ini merupakan komponen yang digunakan untuk menterjemahkan persyaratan pelanggan kedalam rencana-rencana untuk memenuhi atau melampaui persyaratan pelanggan pada suatu matriks dan proses pemanufakturan pada matriks lainnya, memprioritaskan persyaratan pelanggan, dan mengambil keputusan mengenai perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan dalam proses pemanufakturan, (www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=art (2009)
Dibagian tengah rumah, persyaratan pelanggan dikonversikan kedalam aspek-aspek pemanufakturan. Bagian bawah rumah merupakan daftar prioritas persyaratan proses pemanufakturan. Sedangkan pada bagian atap langkah yang digunakan adalah identifikasi trade-off yang berhubungan dengan persyaratan pemanufakturan. Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah apa yang terbaik dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbagkan persyaratan pelanggan dan kemampuan pemanufakturan organisasi .
V TATA LAKSANA
WAKTU DAN LOKASI
Kegiatan penyebaran kuesioner dan penulisan akan dilakukan dimulai pada bulan Oktober 2009. Lokasi penyebaran kuesioner dilakukan terhadap konsumen dan pengembang warung internet Prabu.Net. Penyebaran kuisioner dilakukan baik unuk kuisioner utama maupun kuisioner pendahuluan, dimana metode penarikan sampel yang digunakan adalah teknik penarikan contoh pendugaan.
VI RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian dilakukan terhadap konsumen pengguna warung internet dan pengembang jasa warung internet dalam hal ini warung internet Prabu.Net dan kompetitor pesaingnya.
VII METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan unuk memperoleh data primer dan data sekunder yang selanjutnya akan diolah dengan mengunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Adapun data primer yang digunakan untuk tugas akhir ini diperoleh dengan melakukan penyebaran kuisioner dan wawancara.
Kuisioner merupakan salah satu bagian dari teknis survei. Dalam penelitian ini kuesioner dibagikan kepada responden pengguna jasa warung internet dan pengembang warung internet Prabu.Net. Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuisioner adalah sebagai berikut :
1. Data karakteristik atribut keinginan konsumen.
2. Data tingkat kepentingan konsumen berdasarkan karakeristik atribut.
3. Data posisi usaha warung internet Prabu.Net dibandingkan pesaingnya.
4. Data Hubungan antara karakteristik atribut dan karakteristik teknis usaha jasa warung internet.
5. Data kondisi kualitas usaha warung internet beserta target perbaikan yang ingin dicapai
6. Data tingkat kesulitan pemenuhan karakterisik teknis.
7. Data penilaian karakteristik teknis yang dihasilkan warung internet lain (pesaing).
Wawancara merupakan bagian dari teknis survey yang merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pengguna jasa warung internet dan pengembang warung internet Prabu.Net, dimana wawancara digunakan untuk mendukung hasil kuisioner yang telah disebarkan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literature yang dilakukan untuk menunjang penelitian yang memberikan wawasan secara teoritis dan berperan dalam pengumpulan informasi secara lengkap dalam memecahkan permasalahan. Metode ini dilakukan dengan literatur-literatur atau buku-buku yang relevan dengan objek yang dikaji dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu mengenai metode Quality Function Deployment (QFD). Data sekunder lain diperoleh dengan melakukan observasi terhadap usaha jasa warung internet.
VIII. LAPORAN
Laporan pelaksanaan penelitian Tugas Akhir akan disusun dalam bentuk laporan tertulis selama kegiatan tersebut berlangsung. Laporan akan dibuat setiap minggunya dan akan dinilai oleh dosen pembimbing.
IX DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Diagram alir penelitian merupakan aliran penelitian yang akan dilakukan penulis unuk membuat tugas akhir ini, berikut ini adalah diagram alir penelitian yang digunakan.
Penjelasan Diagram alir Penelitian
Identifikasi, merupakan tahapan awal penentuan masalah yang akan dibahas dimana masalah yang dihadapi adalah mendesain suatu fasilitas fisik warung internet sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Desain dilakukan dengan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) dengan mengidetifikasikan kebutuhan terhadap usaha jasa warung internet sesuai dengan keinginan pelanggan. Dalam melakukan indentifikasi masalah ditunjang dengan adanya tinjauan teoritis baik tentang metode quality function deployment maupun tentang usaha jasa warung internet.
Setelah tahapan identifikasi masalah yang ditunjang dengan adanya inajuan teoritis, maka langkah selajutnya adalah penentuan tujuan, dimana tujuan penelitian ini secara umum adalah mendesain usaha jasa warung internet Duta sesuai kebutuhan konsumen, sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah :
1. Mengidentifikasi keinginan pelanggan dan karakteristik eknis untuk warung internet Prabu.Net
2. Menentukan tingkat prioritas pelanggan berdasarkan bobot kepentingan pada karakteristik yang dimiliki warung internet Prabu.Net sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
3. Menentukan posisi warung internet Prabu.Net dibandingkan kompetitornya
Tahapan selanjutnya adalah tahapan penelitian pendahuluan, dimana pada tahapa ini terdiri dari 2 kegiatan yakni penentuan jumlah sampel pada penelitian pendahuluan dan penyusunan kuisioner pendahuluan. Pada penentuan jumlah sample teknik yang digunakan adalah non probability sampling. Sedangkan metode yang digunakannya yaitu judgement sampling dimana penarikan sampel ini didasarkan hanya kepada responden yang telah menggunakan jasa warung internet Duta, dimana keputusan sampel yang diambil ini didasarkan oleh kebijakan peneliti. Jumlah sampel yang diambil didasarkan pada teknik penarikan contoh pendugaan karena jumlah populasi yang ada tidak diketahui dan tidak ada penelitian yang sama sebelumnya. Tingkat ketelitian yang digunakan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%, Sehingga didapatkan jumlah sampel yang harus diambil pada penelitian pendahuluan adalah :
α = 100% - 90% = 10 %
= = 5 %
Z0,05 = 1,64
e = 10 % = 0,1
n =
Dimana : n = Jumlah minimal sampel
α = Tingkat kepercayaan
e = tingkat kesalahan
n =
n =
n = 67,24 Sampel atau 68 sampel
Jadi jumlah sampel yang harus diambil pada penelitian pendahuluan adalah n > 68 sampel, dimana penulis mangambil jumlah sampel sebanyak 70 sampe. Jumlah sampel ini selain memenuhi kriteria jumlah sampel dengan menggunakan teknik penarikan conoh pendugaan diatas, juga telah memenuhi kriteria minimum jumlah sampel berdistribusi normal yakni sebanyak 30 sampel
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan kuisioner pendahuluan, dimana dalam kuisioner pendahuluan akan diketahui variabel-variabel atribut produk usaha jasa warung internet sesuai dengan kebutuhan konsumen yang akan dikembangkan menjadi variabel teknis berdasarkan pendapat para ahli dan akan digunakan pada penelitian utama. Selain itu pada kuisioner pendahuluan juga akan diketahui infomasi mengenai karakteristik responden yang melipui jenis kelamin,jenis pekerjaan, dan pendidikan responden.
Langkah selanjutnya uji validitas dan realibilitas terhadap hasil kuisioner pendahuluan yang telah diperoleh yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana kusioner ini dapat mengukur apa yang diukur, sedangkan uji realibillitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana jawaban dari kuisioner tersebut konsisten pada waktu yang berbeda. Setelah hasil uji menyatakan bahwa hasil jawaban valid dan realiable maka dapat ke tahapan penelitian utama.
Tahapan selanjutnya adalah penelitian utama, dimana dalam penelitian utama juga terdapat 2 kegiatan awal yakni penentuan jumlah sampel dan penyusunan kuisioner.Pada penentuan jumlah sampel masih mengguanakan teknik non probability sampling karena penarikan sampel ini didasarkan hanya kepada responden yang telah menggunakan jasa warung internet Prabu.Net. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian utama juga didasarkan pada teknik penarikan contoh pendugaan dimana tingkat ketelitian yang digunakan sebesar 10% dan dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%, dengan jumlah sampel n > 68, atau 70 sampel yang akan diambil.
Pada tahapan penyusunan dan penyebaran kuisioner penelitian utama dilakukan terhadap 2 jenis responden yanki konsumen pengguna jasa warung internet dan pengembang jasa warung internet Prabu.Net. Dimana pada responden pengguna warung internet, terdapat 2 bagian kuisioner yakni utnuk mengetahui hubungan antara variabel teknis dan atribut, untuk mengetahui tingkat kepentingan (Bobot) dari tiap kebutuhan konsumen dan untuk mengetahui posisi warung internet Prabu.Net dibandingkan dengan kompetitor pesaingnya. Sedangkan untuk responden pengembang warung jasa internet Prabu.Net dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara, dimana pada tahapan ini akan diketahui kondisi usaha jasa warung internet Prabu.Net saat ini dan target yang ingin dicapai, tingkat kesulitan pemenuhan karakteristik teknis usaha jasa warung internet Prabu.Net dan penilaian karakteristik usaha jasa warung internet Prabu.Net dengan warung internet pesaingnya.
Setelah dilakukan penyusunan kuisioner penelitian utama, langkah selanjutnya adalah melakukan penyebaran kuisioner penelitian utama, jika data telah didapatkan dari penelitian utama makan dapat ketahapan selanjutnya, tetapi jika tidak maka kembali melakukan penyebaran kusioner penelitian kembali
Tahapan selanjutnya adalah uji validitas dan realibilitas terhadap jawaban kuisioner yang didapatkan. Uji validitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana kusioner ini dapat mengukur apa yang diukur, sedangkan uji realibillitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana jawaban dari kuisioner tersebut konsisten pada waktu yang berbeda. Kedua pengujian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 10.0 for windows.
Apabila pengujian dilakukan telah selesai dan data hasil jawaban valid dan realible, maka dapat ke tahap selanjutnya, tetapi jika tidak maka kembali melakukan penyebaran kuisioner penelitian.
Setelah data-data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan mengunakan metode QFD, dimana data yang telah didapatkan berupa karakteristik atribut maupun teknis dari jasa warung internet Prabu.Net, tingkat prioritas kepentingan dalam pertimbangan memilih jasa warung internet Prabu.Net dan psosisi warung internet Prabu.Net dibandingkan kompetitor warung internet pesaing. Sedangkan data yang didapatkan yang berasal dari pengembang warung internet Prabu.Net adalah kondisi usaha jasa warung internet Prabu.Net saat ini dan target yang ingin dicapai, tingkat kesulitan pemenuhan karakteristik teknis jasa usaha warung internet Prabu.Net dan usaha jasa warung internet Prabu.Net dengan warung internet pesaingnya.
Setelah data didapatkan baik dari penelitian pendahuluan maupun penelitian utama. Langkah pengolahan data selanjutnya adalah pembentukan rumah kualitas, dimana rumah kualitas terdapat suara konsumen (whats), kebutuhan teknis (hows), dan importance rating (rata-rata tingkat kepentingan). Pada langkah pertama dalam penyusunan rumah kualitas adalah pembenukan submatriks ruang 1 (whats), dimana dalam ruang ini mengandung atribut, atribut Warung Internet yang dibuuhkan konsumen beserta tingkat kepentingannya.Langkah kedua adalah pembentukan submatriks ruang II (hows), dimana pada ruang ini berisi karateristik teknis yang merupakan penterjemahan dari kebutuhan konsumen agar produk dapat dibentuk secara langsung. Dimana penetuan karateristik teknis ini berdasarkan para ahli dan literature yang ada.
Setelah karakterisik teknis dan atribut telah didapatkan maka langkah selanjutnya adalah penentuan submartiks hubungan (relationship), dimana pada ruang ini dilakukan pembentukan hubungan antara variabel atribut dan variabel teknis, dimana hubungan yang terjadi adalah kuat, sedang dan lemah yang diterjemahkan kedalam simbol dan angka. Langkah selanjutnya adalah pembentukan sub matriks korelasi, dimana pada ruang ini dilakukan pembentukan hubungan, baik antar variabel teknis hows (top roof), maupun antar variabel atribut what (side roof). Setelah diketahui hubungan antar semua variabel yang ada, maka langkah selanjutnya adalah menentukan posisi produk yang dihasilkan dengan produk pesaing, dimana posisi produk dengan produk pesaing ditentukan berdasarkan tingkat kepuasan pengguna jasa warung internet. Langkah terakhir adalah penentuan target yang ingin dicapai dan yang harus diperbaiki berdasarkan karakteristik teknis yang telah ada berdasrkan wawancara dan kuisioner dengan pengembang jasa warung internet Prabu.Net.
Setelah dilakukan pembuatan rumah kualitas maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap hasil pengolahan data yang telah didapatkan, dimana analisa bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pengelola warung internet dalam hal ini pembuatan usaha jasa warung internet sesuai dengan kebutuhan konsumen berdasarkan target yang ingin dicapai oleh pengembang jasa warung internet.
Setelah dilakukan analisa terhadap masalah yang ada, maka didapat kesimpulan yang akan menjawab tujuan dari penelitian, serta saran-saran untuk peningkatan usaha jasa warung internet Prabu.Net.
PERANCANGAN WARUNG INTERNET DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (STUDI KASUS WARUNG INTERNET PRABU.NET)
III. PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi, realitas kebijakan pemerintah maupun perubahan ekonomi seperti sekarang ini banyak perusahaan sejenis yang harus bersaing secara ketat. Dengan semakin banyak persaingan yang semakin lama semakin komplek dan ketat dalam dunia bisnis, maka perusahaan harus mampu mengatasi mengantisipasi dengan ancaman-ancaman pesaing, menutup kelemahan-kelemahan perusahaan dan memanfaatkan peluang-peluang dengan kekuatan yang ada. Disamping itu juga harus dapat menganalisis industri sebagai salah satu keseluruhan yang dapat mengetahui evolusi masa depan industri, memahami pesaing dan posisinya serta dapat menerjemahkan kedalam strategi yang tepat untuk mengatasi dan memenangkan persaingan.
Bisnis Internet semakin berkembang seiring dengan kemajuan sarana dan prasarana teknologi informasi. Di kota-kota besar warung internet terus tumbuh bak jamur dimusim hujan. Bagi masyarakat perkotaan, kebutuhan informasi instan sudah menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar lagi mulai dari pendidikan sampai bisnis membutuhkan akses informasi yang cepat dan hal tersebut bisa dipenuhi melalui teknologi internet. Dari anak-anak hingga orang dewasa dan dari kota sampai desa, internet merupakan fenomena di abad baru yang sangat cepat. Karena tingkat kebutuhan yang semakin besar maka pasarpun semakin terbuka luas. Hal ini juga didukung dengan semakin besarnya tingkat kebutuhan masyarakat terutama kalangan remaja terhadap internet sebagai media penghilang kejenuhan setelah beraktifitas sepanjang hari dan sebagai media pencari berbagai informasi.
Warung internet merupakan alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan informasi, dimana dengan adanya warung internet masyarakat dapat mengakses internet dengan mudah dan cepat. Salah satu usaha warung internet yang telah berdiri di daerah bekasi utara adalah warung internet Prabu.Net. Dengan berjalannya waktu dan dengan semakin banyaknya usaha warung internet sejenis menyebabkan konsumen memiliki banyak pilihan terhadap warung internet yang akan dipilihnya dalam mengakses internet. Untuk menghasilkan warung internet yang kompetiitf perlu dilakukan desain atau perancangan sistem usaha, proses perancangan dimulai dengan identifikasi mengenai keinginan konsumen akan jasa warung internet yang dihasilkan. Dipihak lain kemampuan perusahaan merupakan pembatas dalam memenuhi keinginan pelanggan tersebut sehingga perlu dilakukan penentuan priorotas dalam proses perancangan
Salah satu usaha jasa warung internet adalah warung internet Prabu. Net, warung internet ini terletak didaerah bekasi utara dimana lokasi pembuatan usaha warung internet Prabu.Net ini terletak didaerah pemukiman warga. Mayoritas pengguna adalah masyarakat sekitar baik dari kalangan pelajar sekolah, mahasiswa, dan penduduk setempat. Warung internet Prabu.Net baru berdiri pada tahun 2009. Fasilitas yang ada pada Warung internet Prabu. Net meliputi lahan parkiran, komputer untuk mengakses internet, Toilet, kipas angin, dan kotak minuman. Suatu perancangan akan produk usaha warung internet diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen agar warung internet Prabu.Net dapat memenuhi keinginan pelanggan dalam menggunakan warung internet.
Salah satu metode untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen tersebut akan kualitas pelayanan warung internet adalah Quality Funtion Deployment (QFD). Menurut Cohen (1995), QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu metode untuk perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan team pengembangan untuk menentukan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan jelas, dan kemudian mengevaluasi produk atau melayani dengan kemampuan yang secara sistematik dalam pemenuhan keinginan pelanggan tersebut.
3.2 Identifikasi Masalah
Persaingan merupakan suatu faktor penting dalam suatu pembuatan produk dalam hal ini produk jasa warung internet, dimana produk yang dapat bersaing dengan produk sejenis merupakan produk yang berkualitas baik dan sesuai dengan keinginan konsumen. Identifikasi kebutuhan konsumen meupakan salah satu faktor penting dalam melakukan perancangan desain produk, dimana metode Quality Function Deployment (QFD) merupakan metode yang dapat mengidentifikasikan kebutuhan konsumen akan produk yang dihasilkan. Dalam usaha warung internet banyak faktor yang mempengaruhi warung internet tersebut sesuai dengan kebutuhan konsumen atau tidak. Faktor tersebut akan menentukan warung internet yang dihasilkan agar sesuai dengan kebutuhan konsumen.
3.3 Pembatasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari pemasalahan yang ada maka penulis alan membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan terhadap pengguna warung internet Prabu.Net yang telah mengunakan warung internet sejenis dan juga pengembang warung internet Prabu.Net.
2. Data keinginan pelanggan didapatkan berdasarkan penyebaran kuisioner yang dilakukan oleh peneliti kepada konsumen dan pengembang warung internet Prabu.Net.
3. Perancangan usaha warung internet Duta dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD, dimana perancangan dilakukan dengan melakukan Identifikasi keinginan pelanggan yang merupakan fase awal (fase desain) dalam metode QFD. Penentuaan keinginan mengunakan matriks rumah kualitas pertama (House Of Quality 1) dalam metode QFD.
3.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi keinginan pelanggan dan karakteristik teknis produk untuk usaha warung internet Prabu.Net
2. Menentukan tingkat prioritas pelanggan berdasarkan bobot kepentingan pada karakteristik atribut produk yang dimiliki warung internet Prabu.Net sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
3. Menentukan posisi kualitas produk warung internet Prabu.Net dibandingkan kompetitornya
IV TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sejarah dan definisi QFD
QFD dikembangkan di Jepang dalam akhir tahun 1960 oleh Profesor Shigeru Mizuno dan Yoji Akao. Pada waktu itu, pengendalian kualitas statistik, yangdiperkenalkan setelah perang dunia ke II, telah berakar dalam industri manufakturing Jepang, dan aktivitasnya dengan cepat diintegrasikan dengan pengajar dari tokoh pendidikan seperti Dr. Juran, Dr. Kaoru Ishikawa, dan Dr. Feigenbaum yang menekankan pentingnya pembuatan pengendalian kualitas sebuah part dari manajemen bisnis, yang akhirnya dikenal sebagai TQC dan TQM. Tujuan dari Profesor Mizuno dan Akao adalah untuk mengembangkan suatu metode jaminan kualitas yang akan mendisain kepuasan konsumen ke dalam sebuah produk sebelum dibuat. Prioritas metode pengendalian kualitas adalah dicapainya tujuan utama pada perbaikan masalah selama atau setelah proses manifakturing. Aplikasi dalam skala luas pertama kali ditunjukkan pada tahun 1966 oleh Kiyotaka Oshiumi of Bridgestone Tire di Jepang, yang menggunakan diagram tulang ikan dalam menjamin proses terhadap item untuk mengidentifikasi keperluan masing-masing pelanggan (efek) dan untuk mengidentifikasi penggantian disain dari karakteristik kualitas dan faktor proses (penyebab) dibutuhkan untuk mengontrol dan menjaminnya, (Cohen, 1995).
Dalam tahun 1972, dengan aplikasi dari QFD untuk mendisain kapal tangki minyak di galangan kapal Kobe pada Industri berat mitsubishi, diagram tulang ikan susah dikembangkan. Sejak pengaruh bagian penyebab yang banyak tersebut, tulang ikan dapat digubah lagi ke dalam suatu lembaran kertas atau format matrik denganbaris sebagai pengaruh keinginan dari kepuasaan konsumen dan kolom sebagai pengontrol dan penyebab tindakan .Dalam waktu yang sama, Katsuyoshi ishirara memperkenalkan pemakai prinsip nilai enjinering untuk menggambarkan bagaimana suatu produk dan komponen bekerja. Dia memperluas ini untuk menggambarkan fungsi bisnis yang penting untuk meyakinkan kualitas dari pendisainan prosesnya. Menggabungkan dengan ide baru ini, QFD akhirnya menjadi sistem desain kualitas yang luas untuk produk dan proses bisnis.Pengenalan QFD ke Amerika dan Eropa dimulai pada tahun 1983 ketika the American society for quality control mempublikasikan Akao’s bekerja dalam Quality progress and Cambridge research ( hari ini dikenal sebagai Kaizen institute)mengundang Akao untuk memberikan seminar QFD di Chicago. Seminar inidisponsori oleh Bob king dan GOAL / QPC di Boston (Cohen, 1995).
QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu metode untuk perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan team pengembangan untuk menentukan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan jelas, dan kemudian mengevaluasi produk atau melayani dengan kemampuan yang secara sistematik dalam pemenuhan keinginan pelanggan tersebut, (Cohen, 1995). Quality function deployment merupakan suatu tindakan untuk mendesain proses terhadap tanggapan kebutuhan dan harapan pelanggan. QFD menterjemahkan apa yang menjadi keinginan konsumen. Hal ini memungkinkan organisasi/perusahaan untuk memperioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif atas kebutuhan tersebut, dan meningkatkan proses sehingga tercapai efektivitas maksimum.
4.2 Manfaat QFD
Menurut Cohen (1995), manfaat utama yang diperoleh dari penerapan QFD yaitu:
1. Rancangan produk dan jasa baru fokus pada kebutuhan pelanggan karena kebutuhan pelanggan tersebut sudah lebih dipahami.
2. Kegiatan desain dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelangggan.
3. Dapat menganalisis kinerja produk/jasa perusahaan terhadap pesaing utama dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan utama pula.
4. Dapat memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru.
5. Dapat mengurangi frekuensi perubahan suatu desain setelah dikeluarkan dengan memfokuskan pada tahap perencanaan sehingga akan mengurangi biaya untuk memperkenalkan desain baru.
6. Dapat mendorong terselenggaranya tim kerja antar departemen.
7. Dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
4.3 Aktivitas Dan Fase-fase Dalam QFD
Secara umum proses Quality Function Deployment (QFD) adalah sebagai berikut
Tabel 1 Proses Quality Function Deployment
No. Aktivitas
1 Identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen
2 Hubungan antara kebutuhan konsumen dan karakteristik perancangan teknis
3 Hubungan antara karakteristik dan keinginan konsumen
4 Evaluasi kompetitif terhadap produk pesaing
5 Menghubungkan setiap karakteristik teknis dan karakteristik komponen
6 Menghubungkan karakteristik komponen dengan proses operasi
7 Menghubungkan proses operasi dengan parameter kontrol
8 Implementasi dan perbaikan kontinyu
Sumber : Sumber : Tjiptono (2001)
Sedangkan tahapan atau fase-fase dalam proses QFD Menurut Cohen (1995), terdiri dari empat fase yang kita kenal sebagai Clausing Model atau ASI model. ASI adalah singkatan dari American SupplierInstitute, organisasi yang telah banyak mempopulerkan QFD. Empat fase dalam proses QFD adalah sebagai berikut:
(1) Perencanaan Produk (Rumah Kualitas)
(2) Design Deployment (Part Deployment)
(3) Perencanaan Manufakturing (Perencannaan Proses)
(4) Perencanaan produksi (Perencannaan Operasi Produksi
4.4 House Of Quality (Matriks Rumah Kualitas)
Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, pemanufaktur mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu dan mensyaratkan pemasoknya untuk melakukan hal yang sama. Langkah ini digambarkan pada plafon atau langit-langit rumah.
Tembok rumah sebelah kanan merupakan perencanaan. Matriks ini merupakan komponen yang digunakan untuk menterjemahkan persyaratan pelanggan kedalam rencana-rencana untuk memenuhi atau melampaui persyaratan pelanggan pada suatu matriks dan proses pemanufakturan pada matriks lainnya, memprioritaskan persyaratan pelanggan, dan mengambil keputusan mengenai perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan dalam proses pemanufakturan, (www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=art (2009)
Dibagian tengah rumah, persyaratan pelanggan dikonversikan kedalam aspek-aspek pemanufakturan. Bagian bawah rumah merupakan daftar prioritas persyaratan proses pemanufakturan. Sedangkan pada bagian atap langkah yang digunakan adalah identifikasi trade-off yang berhubungan dengan persyaratan pemanufakturan. Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah apa yang terbaik dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbagkan persyaratan pelanggan dan kemampuan pemanufakturan organisasi .
V TATA LAKSANA
WAKTU DAN LOKASI
Kegiatan penyebaran kuesioner dan penulisan akan dilakukan dimulai pada bulan Oktober 2009. Lokasi penyebaran kuesioner dilakukan terhadap konsumen dan pengembang warung internet Prabu.Net. Penyebaran kuisioner dilakukan baik unuk kuisioner utama maupun kuisioner pendahuluan, dimana metode penarikan sampel yang digunakan adalah teknik penarikan contoh pendugaan.
VI RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian dilakukan terhadap konsumen pengguna warung internet dan pengembang jasa warung internet dalam hal ini warung internet Prabu.Net dan kompetitor pesaingnya.
VII METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan unuk memperoleh data primer dan data sekunder yang selanjutnya akan diolah dengan mengunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Adapun data primer yang digunakan untuk tugas akhir ini diperoleh dengan melakukan penyebaran kuisioner dan wawancara.
Kuisioner merupakan salah satu bagian dari teknis survei. Dalam penelitian ini kuesioner dibagikan kepada responden pengguna jasa warung internet dan pengembang warung internet Prabu.Net. Data yang akan diperoleh dari penyebaran kuisioner adalah sebagai berikut :
1. Data karakteristik atribut keinginan konsumen.
2. Data tingkat kepentingan konsumen berdasarkan karakeristik atribut.
3. Data posisi usaha warung internet Prabu.Net dibandingkan pesaingnya.
4. Data Hubungan antara karakteristik atribut dan karakteristik teknis usaha jasa warung internet.
5. Data kondisi kualitas usaha warung internet beserta target perbaikan yang ingin dicapai
6. Data tingkat kesulitan pemenuhan karakterisik teknis.
7. Data penilaian karakteristik teknis yang dihasilkan warung internet lain (pesaing).
Wawancara merupakan bagian dari teknis survey yang merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pengguna jasa warung internet dan pengembang warung internet Prabu.Net, dimana wawancara digunakan untuk mendukung hasil kuisioner yang telah disebarkan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literature yang dilakukan untuk menunjang penelitian yang memberikan wawasan secara teoritis dan berperan dalam pengumpulan informasi secara lengkap dalam memecahkan permasalahan. Metode ini dilakukan dengan literatur-literatur atau buku-buku yang relevan dengan objek yang dikaji dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu mengenai metode Quality Function Deployment (QFD). Data sekunder lain diperoleh dengan melakukan observasi terhadap usaha jasa warung internet.
VIII. LAPORAN
Laporan pelaksanaan penelitian Tugas Akhir akan disusun dalam bentuk laporan tertulis selama kegiatan tersebut berlangsung. Laporan akan dibuat setiap minggunya dan akan dinilai oleh dosen pembimbing.
IX DIAGRAM ALIR PENELITIAN
Diagram alir penelitian merupakan aliran penelitian yang akan dilakukan penulis unuk membuat tugas akhir ini, berikut ini adalah diagram alir penelitian yang digunakan.
Penjelasan Diagram alir Penelitian
Identifikasi, merupakan tahapan awal penentuan masalah yang akan dibahas dimana masalah yang dihadapi adalah mendesain suatu fasilitas fisik warung internet sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Desain dilakukan dengan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) dengan mengidetifikasikan kebutuhan terhadap usaha jasa warung internet sesuai dengan keinginan pelanggan. Dalam melakukan indentifikasi masalah ditunjang dengan adanya tinjauan teoritis baik tentang metode quality function deployment maupun tentang usaha jasa warung internet.
Setelah tahapan identifikasi masalah yang ditunjang dengan adanya inajuan teoritis, maka langkah selajutnya adalah penentuan tujuan, dimana tujuan penelitian ini secara umum adalah mendesain usaha jasa warung internet Duta sesuai kebutuhan konsumen, sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah :
1. Mengidentifikasi keinginan pelanggan dan karakteristik eknis untuk warung internet Prabu.Net
2. Menentukan tingkat prioritas pelanggan berdasarkan bobot kepentingan pada karakteristik yang dimiliki warung internet Prabu.Net sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
3. Menentukan posisi warung internet Prabu.Net dibandingkan kompetitornya
Tahapan selanjutnya adalah tahapan penelitian pendahuluan, dimana pada tahapa ini terdiri dari 2 kegiatan yakni penentuan jumlah sampel pada penelitian pendahuluan dan penyusunan kuisioner pendahuluan. Pada penentuan jumlah sample teknik yang digunakan adalah non probability sampling. Sedangkan metode yang digunakannya yaitu judgement sampling dimana penarikan sampel ini didasarkan hanya kepada responden yang telah menggunakan jasa warung internet Duta, dimana keputusan sampel yang diambil ini didasarkan oleh kebijakan peneliti. Jumlah sampel yang diambil didasarkan pada teknik penarikan contoh pendugaan karena jumlah populasi yang ada tidak diketahui dan tidak ada penelitian yang sama sebelumnya. Tingkat ketelitian yang digunakan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%, Sehingga didapatkan jumlah sampel yang harus diambil pada penelitian pendahuluan adalah :
α = 100% - 90% = 10 %
= = 5 %
Z0,05 = 1,64
e = 10 % = 0,1
n =
Dimana : n = Jumlah minimal sampel
α = Tingkat kepercayaan
e = tingkat kesalahan
n =
n =
n = 67,24 Sampel atau 68 sampel
Jadi jumlah sampel yang harus diambil pada penelitian pendahuluan adalah n > 68 sampel, dimana penulis mangambil jumlah sampel sebanyak 70 sampe. Jumlah sampel ini selain memenuhi kriteria jumlah sampel dengan menggunakan teknik penarikan conoh pendugaan diatas, juga telah memenuhi kriteria minimum jumlah sampel berdistribusi normal yakni sebanyak 30 sampel
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan kuisioner pendahuluan, dimana dalam kuisioner pendahuluan akan diketahui variabel-variabel atribut produk usaha jasa warung internet sesuai dengan kebutuhan konsumen yang akan dikembangkan menjadi variabel teknis berdasarkan pendapat para ahli dan akan digunakan pada penelitian utama. Selain itu pada kuisioner pendahuluan juga akan diketahui infomasi mengenai karakteristik responden yang melipui jenis kelamin,jenis pekerjaan, dan pendidikan responden.
Langkah selanjutnya uji validitas dan realibilitas terhadap hasil kuisioner pendahuluan yang telah diperoleh yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana kusioner ini dapat mengukur apa yang diukur, sedangkan uji realibillitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana jawaban dari kuisioner tersebut konsisten pada waktu yang berbeda. Setelah hasil uji menyatakan bahwa hasil jawaban valid dan realiable maka dapat ke tahapan penelitian utama.
Tahapan selanjutnya adalah penelitian utama, dimana dalam penelitian utama juga terdapat 2 kegiatan awal yakni penentuan jumlah sampel dan penyusunan kuisioner.Pada penentuan jumlah sampel masih mengguanakan teknik non probability sampling karena penarikan sampel ini didasarkan hanya kepada responden yang telah menggunakan jasa warung internet Prabu.Net. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian utama juga didasarkan pada teknik penarikan contoh pendugaan dimana tingkat ketelitian yang digunakan sebesar 10% dan dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%, dengan jumlah sampel n > 68, atau 70 sampel yang akan diambil.
Pada tahapan penyusunan dan penyebaran kuisioner penelitian utama dilakukan terhadap 2 jenis responden yanki konsumen pengguna jasa warung internet dan pengembang jasa warung internet Prabu.Net. Dimana pada responden pengguna warung internet, terdapat 2 bagian kuisioner yakni utnuk mengetahui hubungan antara variabel teknis dan atribut, untuk mengetahui tingkat kepentingan (Bobot) dari tiap kebutuhan konsumen dan untuk mengetahui posisi warung internet Prabu.Net dibandingkan dengan kompetitor pesaingnya. Sedangkan untuk responden pengembang warung jasa internet Prabu.Net dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara, dimana pada tahapan ini akan diketahui kondisi usaha jasa warung internet Prabu.Net saat ini dan target yang ingin dicapai, tingkat kesulitan pemenuhan karakteristik teknis usaha jasa warung internet Prabu.Net dan penilaian karakteristik usaha jasa warung internet Prabu.Net dengan warung internet pesaingnya.
Setelah dilakukan penyusunan kuisioner penelitian utama, langkah selanjutnya adalah melakukan penyebaran kuisioner penelitian utama, jika data telah didapatkan dari penelitian utama makan dapat ketahapan selanjutnya, tetapi jika tidak maka kembali melakukan penyebaran kusioner penelitian kembali
Tahapan selanjutnya adalah uji validitas dan realibilitas terhadap jawaban kuisioner yang didapatkan. Uji validitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana kusioner ini dapat mengukur apa yang diukur, sedangkan uji realibillitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana jawaban dari kuisioner tersebut konsisten pada waktu yang berbeda. Kedua pengujian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 10.0 for windows.
Apabila pengujian dilakukan telah selesai dan data hasil jawaban valid dan realible, maka dapat ke tahap selanjutnya, tetapi jika tidak maka kembali melakukan penyebaran kuisioner penelitian.
Setelah data-data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan mengunakan metode QFD, dimana data yang telah didapatkan berupa karakteristik atribut maupun teknis dari jasa warung internet Prabu.Net, tingkat prioritas kepentingan dalam pertimbangan memilih jasa warung internet Prabu.Net dan psosisi warung internet Prabu.Net dibandingkan kompetitor warung internet pesaing. Sedangkan data yang didapatkan yang berasal dari pengembang warung internet Prabu.Net adalah kondisi usaha jasa warung internet Prabu.Net saat ini dan target yang ingin dicapai, tingkat kesulitan pemenuhan karakteristik teknis jasa usaha warung internet Prabu.Net dan usaha jasa warung internet Prabu.Net dengan warung internet pesaingnya.
Setelah data didapatkan baik dari penelitian pendahuluan maupun penelitian utama. Langkah pengolahan data selanjutnya adalah pembentukan rumah kualitas, dimana rumah kualitas terdapat suara konsumen (whats), kebutuhan teknis (hows), dan importance rating (rata-rata tingkat kepentingan). Pada langkah pertama dalam penyusunan rumah kualitas adalah pembenukan submatriks ruang 1 (whats), dimana dalam ruang ini mengandung atribut, atribut Warung Internet yang dibuuhkan konsumen beserta tingkat kepentingannya.Langkah kedua adalah pembentukan submatriks ruang II (hows), dimana pada ruang ini berisi karateristik teknis yang merupakan penterjemahan dari kebutuhan konsumen agar produk dapat dibentuk secara langsung. Dimana penetuan karateristik teknis ini berdasarkan para ahli dan literature yang ada.
Setelah karakterisik teknis dan atribut telah didapatkan maka langkah selanjutnya adalah penentuan submartiks hubungan (relationship), dimana pada ruang ini dilakukan pembentukan hubungan antara variabel atribut dan variabel teknis, dimana hubungan yang terjadi adalah kuat, sedang dan lemah yang diterjemahkan kedalam simbol dan angka. Langkah selanjutnya adalah pembentukan sub matriks korelasi, dimana pada ruang ini dilakukan pembentukan hubungan, baik antar variabel teknis hows (top roof), maupun antar variabel atribut what (side roof). Setelah diketahui hubungan antar semua variabel yang ada, maka langkah selanjutnya adalah menentukan posisi produk yang dihasilkan dengan produk pesaing, dimana posisi produk dengan produk pesaing ditentukan berdasarkan tingkat kepuasan pengguna jasa warung internet. Langkah terakhir adalah penentuan target yang ingin dicapai dan yang harus diperbaiki berdasarkan karakteristik teknis yang telah ada berdasrkan wawancara dan kuisioner dengan pengembang jasa warung internet Prabu.Net.
Setelah dilakukan pembuatan rumah kualitas maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap hasil pengolahan data yang telah didapatkan, dimana analisa bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pengelola warung internet dalam hal ini pembuatan usaha jasa warung internet sesuai dengan kebutuhan konsumen berdasarkan target yang ingin dicapai oleh pengembang jasa warung internet.
Setelah dilakukan analisa terhadap masalah yang ada, maka didapat kesimpulan yang akan menjawab tujuan dari penelitian, serta saran-saran untuk peningkatan usaha jasa warung internet Prabu.Net.
DEFINISI
(Pengertian Definisi) – Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Ada berbagai jenis definisi, salah satunya yang umum adalah definisi perkataan dalam kamus (lexical definition).
Definisi terdiri dari:
1.definisi nominalis
2.definisi realis
3.definisi praktis
Dari keterangan lain Definisi adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya. Genera kita sebut untuk mendekatkan pikiran kita, karena dengan genera suatu barang atau benda akan mudah dikenal, termasuk kelompok apa, dan dengan menyebutkan differentia kita akan sampai pada pengertian kata yang kita definisikan. Dengan menggunakan contoh diatas, maka dapat kita lihat bahwa Ayah merupakan definiendum sedangkan orang tua laki-laki adalah definiens, yang bisa kita bedakan menjadi orang tua sebagai genera dan laki-laki sebagai differentia.
Pengertian lain dari definisi adalah:
Definisi adalah suatu pernyataan yang memberikan arti pada sebuah kata atau frase (Solomon, hal.234)
Definisi adalah sebuah penjelasan tentang arti sebuah kata (Rescher, hal.30). Penjelasan harus membuat jelas definisi yang dimaksudkan dan definisi berhubungan dengan kata bukan benda.
Definisi adalah perumusan yang singkat, padat, jelas dan tepat yang menerangkan ‘apa sebenarrnya suatu hal itu’ sehingga dapat dengan jelas dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain. (Poespoprodjo, hal. 67)
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa Definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain, maka definisi yang baik harus memenuhi syarat:
Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat semua unsur pokok (isi) pengertian tertentu.
Yaitu unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak kurang).
Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua barang yang lain.
Setiap definisi harus mempunyai 2 bagian, yaitu:
Sesuatu yang akan didefinisikan, yang dikenal dengan istilah definiendum
Penjelasan yang menjelaskan sesuatu tersebut, yang dikenal dengan istilah definiens
Contoh: ayah = orang tua laki-laki
Dalam setiap definisi terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
genera (genus), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah jenis
differentia (difference), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sifat pembeda
Jadi dalam mendefinisikan suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya. Genera kita sebut untuk mendekatkan pikiran kita, karena dengan genera suatu barang atau benda akan mudah dikenal, termasuk kelompok apa, dan dengan menyebutkan differentia kita akan sampai pada pengertian kata yang kita definisikan. Dengan menggunakan contoh diatas, maka dapat kita lihat bahwa Ayah merupakan definiendum sedangkan orang tua laki-laki adalah definiens, yang bisa kita bedakan menjadi orang tua sebagai genera dan laki-laki sebagai differentia.
Definisi terdiri dari:
1.definisi nominalis
2.definisi realis
3.definisi praktis
Dari keterangan lain Definisi adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya. Genera kita sebut untuk mendekatkan pikiran kita, karena dengan genera suatu barang atau benda akan mudah dikenal, termasuk kelompok apa, dan dengan menyebutkan differentia kita akan sampai pada pengertian kata yang kita definisikan. Dengan menggunakan contoh diatas, maka dapat kita lihat bahwa Ayah merupakan definiendum sedangkan orang tua laki-laki adalah definiens, yang bisa kita bedakan menjadi orang tua sebagai genera dan laki-laki sebagai differentia.
Pengertian lain dari definisi adalah:
Definisi adalah suatu pernyataan yang memberikan arti pada sebuah kata atau frase (Solomon, hal.234)
Definisi adalah sebuah penjelasan tentang arti sebuah kata (Rescher, hal.30). Penjelasan harus membuat jelas definisi yang dimaksudkan dan definisi berhubungan dengan kata bukan benda.
Definisi adalah perumusan yang singkat, padat, jelas dan tepat yang menerangkan ‘apa sebenarrnya suatu hal itu’ sehingga dapat dengan jelas dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain. (Poespoprodjo, hal. 67)
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa Definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain, maka definisi yang baik harus memenuhi syarat:
Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat semua unsur pokok (isi) pengertian tertentu.
Yaitu unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak kurang).
Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua barang yang lain.
Setiap definisi harus mempunyai 2 bagian, yaitu:
Sesuatu yang akan didefinisikan, yang dikenal dengan istilah definiendum
Penjelasan yang menjelaskan sesuatu tersebut, yang dikenal dengan istilah definiens
Contoh: ayah = orang tua laki-laki
Dalam setiap definisi terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
genera (genus), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah jenis
differentia (difference), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sifat pembeda
Jadi dalam mendefinisikan suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya. Genera kita sebut untuk mendekatkan pikiran kita, karena dengan genera suatu barang atau benda akan mudah dikenal, termasuk kelompok apa, dan dengan menyebutkan differentia kita akan sampai pada pengertian kata yang kita definisikan. Dengan menggunakan contoh diatas, maka dapat kita lihat bahwa Ayah merupakan definiendum sedangkan orang tua laki-laki adalah definiens, yang bisa kita bedakan menjadi orang tua sebagai genera dan laki-laki sebagai differentia.
Langganan:
Postingan (Atom)